salah satu kegiatan yang cukup banyak dilakukan masyarakat selama pandemi
covid-19 adalah bercocok tanam di rumah, atau populer dengan istilah urban
farming. Bahkan, kegiatan ini disebut memiliki prospek yang cerah dalam
mendukung kegiatan pertanian. “Urban farming yang awalnya merupakan kegiatan
untuk mengisi waktu luang di masa covid-19 ini, saat ini telah diketahui oleh
banyak masyarakat dan masyarakat tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut
sebagai gaya hidup baru di perkotaan yang dapat dilakukan oleh semua kalangan,”
ujar Senior Business Analyst MarkPlus, Inc. Dini Bonafitria dalam acara MarkPlus
Government Roundtable: Pemulihan Ekonomi di Sektor Pertanian Berdasarkan hasil
survey MarkPlus, 90,9 persen masyarakat telah mengetahui urban farming ini. Dari
banyaknya masyarakat yang mengetahui apa itu urban farming, 72 persen
mengetahuinya dari internet. Sisanya, responden mengaku tahu kegiatan urban
farming dari teman, baik individu maupun komunitas, dan televisi. Survey ini
melibatkan 110 responden, baik di dalam maupun diluar jabodetabek masing-masing
40 persen dan 60 persen. Lalu, 92,7 persen orang yang sudah melakukan urban
farming akan terus melanjutkannya meski pandemi berakhir. Meski begitu,
masyarakat juga mengeluhkan sejumlah tantangan dalam implementasi urban farming
ini. “Ternyata sarana dan fasilitas, ketersediaan waktu, dan biaya merupakan
tantangan-tantangan yang dirasakan oleh masyarakat,” kat Dini. Disamping
tantangan tersebut, 98,2 persen responden sepakat bahwa urban farming memiliki
prospek dalam mendukung kegiatan pertanian. Alasannya, karena adanya ketahanan
pangan, ramah lingkungan, dan dapat meningkatkan pendapatan. Untuk itu,
responden menilai perlunya dukungan untuk pengembangan lebih lanjut. Dini
mengatakan, rasa optimis dan prospek yang cerah dari kegiatan urban farming
harus dapat dilihat sebagai peluang bagi pemerintah dan pelaku usaha swasta
dalam mendukung pengembangan lebih lanjut. “Masyarakat masih merasa adanya
kebutuhan dukungan terhadap kegiatan urban farming terutama dalam kebutuhan
sarana dan prasarana seperti paket lengkap hidroponik,” kata dia.
"Karena itu harus ada cita-cita bersama. Dan inilah saatnya jajaran Kementerian
Pertanian menjadi pahlawan makanan bagi rakyat," ujar Mentan dalam acara Rapat
Koordinasi Penguatan Kostratani Mendukung Ketahanan Pangan Nasional yang digelar
di Bogor Icon Hotel, Rabu (14/10/2020). Mentan mengatakan, cita-cita yang
dimaksud adalah meningkatkan semua produksi pertanian, supaya bangsa ini mampu
berdaulat pangan secara utuh. Lebih dari itu, pertanian ke depan juga harus
mampu menguatkan pengelolaan manajemen secara modern. "Harus ada cita-cita untuk
meningkatkan produktivitas dan memajukan manajemen secara baik. Dalam hal ini,
sistem modernisasi harus digunakan secara tepat melalui AWR (Agriculture War
Room) dan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani)," katanya. Mentan
berharap, mulai tahun depan, sistem manajemen pertanian sudah menggunakan
teknologi modern yang berbasis artificial intelligence. Langkah ini penting
dilakukan agar pemetaan wilayah bisa dilakukan dari satu tempat, bahkan hanya
dengan mengandalkan satu tombol. "Petunjuk saya adalah semua harus melakukan
mapping pemetaan wilayah untuk menghadapi berbagai persoalan. Termasuk kondisi
alam la nina yang akan kita hadapi dalam waktu dekat. Karena itu tahun depan
penting bagi kita untuk menggunakan teknologi digital," karanya. Mengenai hal
ini, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
(BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menyampaikan terima kasih atas kehadiran
Mentan dalam Rapat Koordinasi penguatan Kostratani ketahanan pangan nasional.
Dedi berjanji, ke depan pihaknya akan memperkuat koordinasi hubungan kerja
sekaligus meningkatkan komitmen para penanggung jawab dalam pendampingan
kostratani. "Yang terpenting kita akan memasyarakatkan implementasi kostratani
dan menjalankan semua arahan"
Komentar
Posting Komentar